Widgeo blue


counter
widgets "Good communication comes from people to people, but great communication comes from people to Allah."

raini bertaburan

Sabtu, 14 April 2012

Bioetika

BIOETIKA:
                                                                                            Disusun oleh : Mega siRnawati
                                                                                            2011       

Bioetika berasal dari bahasa yunani, yaitu bios :hidup, dan ethos : adat istiadat atau moral. Yang secara harfiah berarti etika hidup.
Tiga etika dalam bioetika
1.       Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu keloompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
2.       Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit.
3.       Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai moral.
Fransese Abel merumuskan definisi tentang bioetika yang diterjemahkan Bertens sebagai berikut: Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembanagn di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang dampaknya atas masyarakat luas serta sistim nilainya kini dan masa mendatang.
            Etika diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat (Amin, 1983). Etika juga diartikan sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
         Etika berhubungan dengan 4 hal, yaitu dilihat dari segi objeknya, etika membahas perbuatan yang dilakukan manusia, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber dari akal pikiran dan filsafat, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap suatu perbuatan yang dilakukan manusia apakah perbuatan itu baik, buruk, hina, dan sebagainya, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif, dapat berubah-ubah sesuai perkembangan ilmu dan zaman.
         Etika dan moral sama-sama membahas perbuatan manusia untuk selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Perbedaan etika dan moral adalah etika dalam menentukan nilai baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolok ukurnya adalah norma-norma yang tumbuh berkembang dan berlangsung di masyarakat. Etika lebih bersifat teoritis, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Mega siRnawati Etika memandang perilaku manusia secara universal, sedangkan moral secara lokal (Ya’qub, 1983). 
          Bioetika atau bioethics atau etika biologi didefinisikan oleh Samuel Gorovitz (dalam Shannon, 1995) sebagai “penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologis”. Bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi yang terkait dengan penerapannya dalam kehidupan (Shannon, 1995). Bioetika juga diartikan sebagai studi tentang isu-isu etika dan membuat keputusan yang dihubungkan dengan kegunaan kehidupan makhluk hidup dan obat-obatan termasuk di dalamnya meliputi etika kedokteran dan etika lingkungan. Dengan demikian bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral. Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh penerapan teknologi yang terkait dengannya.

1 Cara Pandang Reduksionisme dalam Perkembangan Biologi
         Problem-problem yang muncul terkait dengan bidang etika setelah perkembangan biologi, juga diakibatkan oleh cara pandang yang dikenal dengan mega sirnawati reduksionisme (Sumitro, 2002). Reduksionisme merupakan cara pandang yang melandasi pemikiran bahwa segala sesuatu tentang sistem kehidupan hanya dapat dipahami apabila dipelajari bagian demi bagian pada skala yang semakin kecil (dari aspek ukuran volume dan massa).  Selain itu, reduksionisme juga memiliki pengertian sebagai penyederhanaan sistem kehidupan dengan menganggapnya tidak berbeda dengan reaksi-reaksi kimia dan fisika pada benda mati. Pandangan seperti ini sangat penting untuk mendapat perhatian, sebab dapat muncul afeksi atau sikap yang bertentangan dengan nilai etika, yang diakibatkan kebiasaan penyederhanaan obyek kajian yang sesungguhnya terlalu kompleks untuk disederhanakan.
         Sehubungan dengan cara pandang reduksionisme tersebut, Sumitro (2002) mengemukakan perlunya kehati-hatian baik dalam pengembangan teknologi dengan basis lingkup kajian biologi modern, maupun kehati-hatian terhadap reduksionisme itu sendiri. 
          Kehati-hatian yang dimaksud perlu diwujudkan antara lain dalam bentuk kajian aspek etika pada saat penerapan teknologi (Jenie, 1997; Santosa, 2000; Djati, 2003)mega sirnawati . Sejalan dengan hal ini, Johansen & Harris (2000) dan Hasan (2001) juga mengemukakan bahwa hasil penelitian yang tidak mempertimbangkan aspek moral, etika, sosial, dan budaya, akan menimbulkan banyak permasalahan di masyarakat. 
           Demikian pula Sudarminta SJ (1992) mengemukakan perlunya suatu dialog antara etika dan ilmu pengetahuan untuk sarana pertimbangan etik yakni apakah ilmu pengetahuan tersebut baik bagi manusia menurut totalitasnya sebagai manusia dan tidak hanya menurut kebutuhan tertentu saja. Oleh karena itu, aspek etika yang berkaitan dengan aplikasi biologi perlu mendapatkan perhatian yang serius.

2 Perkembangan Biologi  Menuju Biologi Molekuler
           Pada tahun 1953, Watson dan Crick mega sirnawati memenangkan hadiah Nobel bidang blokimia, atas keberhasilan penelitian mereka dalam menyingkap (discoring ) struktur molekul dari DNA (Desoxyribo Nucleic Acid), yaitu suatu materi genetik yang bertanggung jawab dalam pemindahan sifat dari induk ke keturunannya. Temuan struktur kimia molekul DNA tersebut merupakan tonggak sejarah yang sangat penting dalam perkembangan ilmu biologi; yang kemudian mengantarkan ilmu biologi ke arah molekuler. 
         Perkembangan lebih lanjut dari biologi molekuler adalah ketika kode-kode genetik pada segmen DNA mulai dapat ‘dibaca’. Penyingkapan tentang kode-kode genetik pada DNA ini terjadi pada tahun 1965, hanya 12 tahun sejak temuan struktur DNA. Dengan temuan ini para pakar biologi molekuler telah mampu ‘membaca’ kode-kode pada struktur gen, artinya para ahli telah mampu mengetahui bahwa suatu gen dengan struktur tertentu akan menyandi proses tertentu pula. Smith dan Nathan pada tahun 1970 menemukan enzim restriksi endonuklease; suatu enzim yang dapat digunakan untuk memotong DNA pada tempat-tempat yang dikehendaki.  Selain enzim restriksi endonuklease, enzim ligase ditemukan pula.  Ligase merupakan enzim yang mampu ‘menyambung’ kembali rangkaian DNA yang telah ‘diiris’ oleh endonuklease tersebut.  Dengan bahasa yang lebih sederhana, manusia telah dikaruniai kemampuan untuk dapat ‘mengiris’ DNA (gen), yaitu dengan ditemukannya ‘pisau-pengiris DNA’ yang berupa enzim restriksi endonuklease; serta dapat pula ‘menyambung kembali’ rangkaian DNA (gen) itu dengan ‘lem DNA’ yang berupa enzim ligase.  Dengan temuan Smith dan Nathan diatas, maka para pakar biologi molekuler telah mampu melakukan pengirisan DNA pada segmen gen tertentu, kemudian memindahkan irisan DNA tersebut, dan disambungkan ke DNA lain dari makhluk yang lain pula; inilah yang dikenal dengan teknologi genetik (genetic engineering technology) , atau dikenal pula sebagai teknik rekombinasi DNA (DNA recombinant technique).
          Perkembangan yang dramatis terjadi pula pada tahun 1986, ketika Karry Mullis dari Cetus Corporation menemukan teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction = Reaksi Berantai Polimerase). Dengan menggunakan teknologi PCR, DNA (gen) dapat diperbanyakkan dalam jumlah jutaaan kali DNA yang identik, dalam waktu yang hanya 24 jam.  Perbanyakan DNA ini, yang dalam bahasa biologi molekuler disebut dengan istilah amplifikasi, dapat pula diberikan dalam bahasa yang lebih sederhana, yaitu bahwa dengan teknologi PCR,, DNA (gen) dapat ‘dikopi’ menjadi jutaan kali lipat.DNA (gen) yang identik (Jenie, 1997). Kontrol terhadap DNA (gen) tersebut dapat berupa: memindahkan DNA dari suatu makhluk ke makhluk yang lainnya, ataupun mengkopi DNA dalam jumlah yang jutaan kali lipat untuk tujuan-tujuan komersial ataupun jasa.
           Aktivitas analisis genom yang sekarang sedang dilakukan di dunia, adalah apa yang dikenal sebagai Human Genom Project (HGP) (Lindell & Milczarek dalam Johansen & Harris, 2000).  .HGP atau Proyek Genom Manusia, merupakan suatu upaya terkoordinasi berskala internasional yang pertama kali dalam sejarah riset biologi.  Proyek ini bertujuan untuk menentukan seluruh urutan nukleotida genom manusia yang berjumlah sekitar 3 milyard pasang basa, dan bersamaan dengan itu mengidentifikasi ± 100.000 gen yang merupakan faktor penentu bagi spesies makhluk manusia. Dengan diketahuinya fungsi dari setiap gen manusia yang menyandi fungsi biologis, maka dengan sendirinya dapat diidentifikasi gen-gen yang berperanan dalam penyakit yang terjadi pada manusia, dan dengan demikian dapat pula dikembangkan strategi untuk diagnostik, pengobatan, dan pencegahan.
Aplikasi teknologi serta industrial dari biologi molekuler inilah yang dikenal sebagai bioteknologi modern.  Kegiatan ilmiah dari bioteknologi modern ini meliputi: Eksperimen rekayasa genetik, eksperiman transgenik (pemindahan gen dari satu makhluk ke makhluk lain), analisis genetik, sintesis protein, dll.
         Perkembangan di bidang bioteknologi kedokteran / farmasi terjadi pada tahun 1978 pada saat industri Genentech di AS berhasil menyisipkan  gen sintetik penyandi sintesis hormon insulin manusia ke dalam bakteri Escherissia coli, dan sebagaimana diharapkan, bakteri E. coli tersebut akhirnya memproduksi hormon insulin manusia dalam jumlah yang banyak. 
         Dengan rekayasa genetik ini, manusia telah mampu membuat makhluk-makhluk baru yang terekayasa secara genetik, yang dalam bioteknologi modern dikenal dengan sebutan GMO (genetically modified organisms) atau ONT (organism of new treatment = makhluk yang telah diberi perlakuan baru (terbarukan secara genetik). Melalui bioteknologi modern telah mampu membuat makhluk-makhluk baru, umumnya baru berupa enginered microbes, atau mikroorganisme terekayasa, yang mempunyai sifat-sifat seperti yang dikehendaki oleh pakar pembuatnya.

Bioetika sebagai Pengendali 
         Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan manfaat bagi kemanusiaan.  Namun demikian eksperimen-eksperimen bioteknologi modern perlu diberi rambu-rambu pengaturannya, mengapa demikian? Bioteknologi modern melibatkan percobaan-percobaan yang menyangkut gen, suatu materi pembava sifat dari suatu organisme. Eksperimen transgenik yaitu pemindahan gen dari satu makhluk ke makhluk yang lainnya, baik sejenis maupun tidak, sering dilakukan dalam laboratorium bioteknologi modern.  Di AS (Jenie, 1997) pernah dilakukan pemindahan gen penyandi proses fosforisensi dari kunang-kunang ke tumbuhan rendah, dan apa yang terjadi adalah tumbuhan rendah tersebut pada malam hari berfosforisensi !  Jelas bahwa ekeperimen pada contoh adalah pemindahan gen dari insekta ke tumbuhan rendah, dari dunia makhluk yang satu ke dunia makhluk yang sama sekali berbeda dan eksperimen tersebut berhasil !
         Keberhasilan dalam eksperimen transgenik tersebut telah membuat sementara pakar menjadi ‘arogan’; bahkan beberapa diantaranya sampai mengatakan “we play God” yang maksudnya lebih kurang “Kita bermain (sebagai) Tuhan”!  Keberhasilan eksperimen di atas, juga telah memberanikan para pakar bioteknologi untuk melakukan eksperimen transgenik yang lebih ambisius lagi, dengan rencana-rencana penyempurnaan gen manusia, atau memindahkan gen manusia ke makhluk lain, atau sebaliknya.                     
          Jika penelitian bioteknologi modern telah masuk ke kawasan ini, yaitu bermain dengan gen manusia tanpa tujuan yang dapat diterima moral, maka perlu diterapkannya rambu-rambu aturan main bagi riset di bidang bioteknologi modern ini.  Jika tidak demikian jelas bahwa tatanan kemanusiaan akan rusak!.  Dapat dibayangkan apabila eksperimen transgenik melibatkan pemindahan gen dari hewan/tumbuhan ke manusia, atau sebaliknya, apa yang akan terjadi ?
           Oleh karena itu diperlukan aturan main bagi riset tekhologi rekayasa genetik, yang diharapkan dapat tertuang di dalam kode etik khusus, yang dikenal sebagai Bioetika. Di samping itu, bioetika harus masuk ke dalam bidang pendidikan/pembelajaran. Margono (2003) mengatakan mega sirnawati bahwa perkembangan penelitian bioteknologi seperti genom manusia, teknologi reproduksi, kloning, transgenik, dan lainnya akan memerlukan kebijaksanaan sosial dan sikap individu. Hal ini menyebabkan perlunya membelajarkan bioetika, karena dengan cara demikian akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan etika dan moral dalam menanggapi masalah-masalah biologi.
         Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam menetapkan suatu keputusan etika dan moral. Oleh karena itu, lembaga pendidikan mempunyai beban dan tanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran yang terkait dengan etika (bioetika) dan moral serta membantu siswa mengembangkan cara-cara dalam membuat keputusan moralnya (Kormondy dalam Margono,  2003).

Pembelajaran Bioetika 
           Pembelajaran bioetika dapat dilaksanakan pada berbagai jenjang  pendidikan, dengan catatan pembelajaran ini berintikan bagaimana mengambil keputusan terkait etika (keputusan etik). Pembelajaran bioetika tidak membelajarkan keputusan apa yang harus diambil, namun membelajarkan bagaimana cara mengambil keputusan tersebut. Beberapa prinsip yang dapat diadaptasi untuk kepentingan pembelajaran bioetika (Shannon, 1997) adalah:
1.               Otonomi (Autonomy). Prinsip otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak dimana seseorang mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukan sendiri.
2.               Tidak merugikan (Nonmaleficence). Prinsip ini merupakan suatu cara teknis untuk menyampaikan bahwa kita berkewajiban tidak mencelakakan orang lain. Bila kita tidak bisa berbuat baik kepada seseorang, maka sekurang-kurangnya kita wajib untuk tidak merugikan orang lain.
3.               Berbuat baik (Beneficence). mega sirnawati Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip tidak merugikan. Kewajiban berbuat baik menuntut bahwa kita harus membantu orang lain dalam memajukan kepentingan mereka.
4.               Keadilan (Justice). Prinsip keadilan mempunyai makna proporsional, sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya.
Pembelajaran bioetika dapat dilakukan sebagaimana yang dikemukakan Fullick & Ratcliffe (1996) yakni :
1.                        Interpretasi (memperkenalkan isu-isu etika dalam Biologi, misal: kloning, apa kloning itu? – bagaimana kalau suami istri tidak punya anak secara biologis karena suami Azoospermia, bertahan ingin punya anak biologis dengan kloning?)
2.                        Analisis (faktor-faktor apa baik dari luar maupun dalam diri seseorang yang mempengaruhi seseorang ingin punya anak?
3.                        Argumen (rencana keputusan apa saja yang mungkin diambil dan apa kekuatan dan kelemahan masing-masing?)
4.                        Pengambilan Keputusan (keputusan yang dapat diambil setelah melakukan kritik terhadap masing-masing rencana keputusan).
          Strategi pembelajaran bioetika dapat berupa diskusi maupun debat yang mengandung tahapan di atas. Pembelajaran bioetika seperti tersebut di atas dikenal juga dengan pembelajaran bioetika menggunakan Dilema Bioetika.
             Strategi pembelajaran bioetika yang juga banyak digunakan di Inggris, Amerika dan negara lainnya adalah menggunakan kerangka kerja yakni: Pembuatan Peta Konsekuensi, Analisis Untung Rugi, dan Pengambilan Keputusan (Fullick & Ratcliffe, 1996).
        PETA KONSEKUENSI: berisi peta “akibat”, apa saja yang akan terjadi sebagai konsekuensi dari suatu tindakan atau isu terkait biologi dan teknologinya atau lingkungan. Misal, pembangunan PLTN, konsekuensi apa saja yang akan terjadi atau dihasilkan dengan pembangunan PLTN. Guru dapat mendaftar semua sumbangan pemikiran siswa (tidak perlu membenarkan dan menyalahkan yang dikemukakan siswa).
          ANALISIS UNTUNG RUGI:  Guru mengajak siswa untuk menganalisis besarnya untung dan rugi dari “akibat” yang akan ditimbulkan oleh suatu tindakan yang terkait biologi.
          PENGAMBILAN KEPUTUSAN: Setelah melakukan analisis untung rugi secara cermat, guru memotivasi siswa untuk menentukan keputusan apa yang bisa diambil.
          Model ABCDE sebagai Salah Satu Model Pengambilan Keputusan Etik dalam Pembelajaran Bioetika
        Model pengambilan keputusan etik ini memberikan peluang kepada suatu kelompok atau individu untuk mencapai suatu keputusan akhir dalam suatu konflik etika atau Dilema Bioetika. Model ABCDE ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memikirkan argumentasi yang mungkin bertentangan yang dapat muncul, kerugian dan manfaat yang diperoleh, yang kesemuanya untuk mencapai keputusan terakhir yang berlandaskan pada kejujuran pribadi.
Penjelasan model ini adalah sebagai berikut:
a.       Argumentasi.
b.       Both Sides. Meyakinkan siswa bahwa suatu argumentasi mempunyai dua atau lebih sisi  yang dapat didekati dari perspektif konsekuensi. Mengingatkan para siswa untuk membuat suatu keputusan dengan konsekuensinya. Adalah mega sirnawati penting untuk mendorong para siswa untuk melihat bahwa ada sisi lain dari argumentasinya, sungguhpun mereka boleh memprotes bahwa mereka hanya melihat dari satu sisi saja.
c.       Costs and Benefits.  Menggunakan informasi yang telah mereka kembangkan   terkait dengan keuntungan dan kerugian (Kemaslahatan dan Kemudlorotan) masing-masing argumentasi.
d.       Decision.  Penggunaan diskusi terbuka dan debat, agar para siswa dapat mencapai suatu keputusan atau kesimpulan.
e.       Evaluasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

psikologi perkembangan

ppt psikologi perkembangan ppt
View more ebooks on ebookbrowse.com
SEMOGA BERMANFAAT, BY: MEGA SIRNAWATI MPd

Daftar Blog Saya

  • Menghitung Beban Kerja Guru 24 Jam - Menghitung Beban Kerja Guru 24 Jam : *Menghitung Beban Kerja Guru 24 Jam* Uraian Tugas Guru 1. Merencanakan Pembelajaran Kegiatan penyusunan RPP ini dip...
    10 tahun yang lalu
  • PUISI - *PUISI* DI SUSUN OLEH : MEGA SIRNAWATI M.Pd Puisi terdiri dari dua jenis yaitu puisi lama dan puisi baru. MACAM-MACAM PUI...
    10 tahun yang lalu
  • Penulisan Sejarah - *Historic writingThe earliest form of writing* The earliest writing we know of dates back to around 3,000 BC and was probably invented ...
    10 tahun yang lalu
  • KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN - KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN: * KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN* *Di susun oleh : Mega Sirnawati MPd* *Pengertian dan syarat-syarat profesi* ...
    10 tahun yang lalu
  • Mengenal Tradisi Perang Berburu Kepala (Ngayau) - Mengenal Tradisi Perang Berburu Kepala (Ngayau): Ngayau merupakan tradisi Suku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan, baik Dayak yang tinggal di Kaliman...
    10 tahun yang lalu

warna pelangi