Widgeo blue


counter
widgets "Good communication comes from people to people, but great communication comes from people to Allah."

raini bertaburan

Sabtu, 10 Agustus 2013

BIODIVERSITAS (Makalah Mega SiRnawati)

BIODIVERSITAS:
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
   Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan diatas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikrioorganisme, serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari makhluk bersel satu hingga makhluk bersel banyak. Keanekaragaman hayati banyak memberikan manfaat bagi kehidupan, yaitu sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan sangat tergantung pada ketersediaan tanaman dan hewan, sebagai sumber plasma nutfah. Keanekaragaman yang tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan hujan tropis. Di dalam hutan hujan tropis terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang belum dimanfaatkan atau masih liar. Di dalam tubuh hewan atau tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Keanekaragaman yang tinggi ini dapat dilihat dari berbagai jenis spesies yang dipunyai Indonesia.
Oleh karena itu keanekaragaman perlu dilindungi, konservasi keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan internasional. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama kekayaan jenis tumbuhan (flora) dan kekayaan jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur. Fauna, tidak saja mencakup binatang mamalia tetapi juga ikan, burung, dan serangga. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut misalnya berupa Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Cagar Alam, Taman Hutan Raya, Taman Laut. Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi. Dalam usaha menjaga kelestarian sumber daya hayati agar tidak punah adalah dengan cara menjaga keutuhan lingkungan tempat hidup makhluk hidup. Jika sebagian besar manusia melakukan aktivitas eksploitasi sumber daya hayati secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan usaha pelestarian maka dalam waktu yang relatif singkat sumber daya hayati akan punah.
1.2     Rumusan Masalah
              Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dan karakteristik utama hewan ?
2.  Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap hewan ?
        3.  Bagaimanakah pengaruh pola hidup dan ukuran tubuh hewan dalam                                   mempertahankan kehidupan mereka ?
        4.  Bagaimanakah distribusi geografi hewan ?
        5.  Bagaimanakah konservasi hewan invertebrata dan vertebrata ?
       

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penulisan ini adalah tentang :  
        1. Pengertian dan karakteristik utama hewan.
        2.  Pengaruh lingkungan terhadap hewan.
        3.  Pengaruh pola hidup dan ukuran tubuh hewan dalam mempertahankan                                           kehidupan mereka.
        4.  Distribusi geografi hewan.
        5.  Konservasi hewan invertebrata dan vertebrata.

1.4  Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tentang :
        1. Pengertian dan karakteristik utama hewan.
        2.  Pengaruh lingkungan terhadap hewan.
        3.  Pengaruh pola hidup dan ukuran tubuh hewan dalam mempertahankan                                           kehidupan mereka.
        4.  Distribusi geografi hewan.
        5.  Konservasi hewan invertebrata dan vertebrata.

1.5  Tujuan Penulisan

           Dalam penulisan makalah ini digunakana metode kepustakaan atau studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas melalui buku-buku referensi dan dari internet yang terkait dengan biodiversitas hewan.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian dan Karakteristik utama Hewan
        Jenis makhluk hidup yang terdapat di lingkungan sangat beranekaragam. Terdapat berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Hewan memiliki karakteristik atau ciri khas yang membedakannya dari tumbuhan yaitu : 1) tidak melakukan fotosintesis sehingga termasuk makhluk hidup heterotrof, 3) eukariot, 4) tidak memiliki dinding sel, 5) mampu merespon dengan cepat terhadap rangsangan dari luar, 5) merupakan makhluk hidup yang motil (aktif bergerak) selama tahap tertentu dalam siklus hidupnya, hewan yang diam (stasioner) sekalipun memiliki tahap motil berupa larva yang berenang. 

2.2   Pengaruh Lingkungan terhadap Hewan
            Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup didalamnya, termasuk hewan. Lingkungan hewan adalah semua faktor biotik dan abiotik yang ada di sekitarnya dan dapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak dalam suatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan sumberdaya yang sesuai. Apabila lingkungan berubah, maka hewan harus mempertahankan diri atau beradaptasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya agar dapat bertahan. Lingkungan yang ditempati makhluk hidup untuk melakukan kegiatan disebut habitat. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, setiap makhluk hidup memerlukan habitat yang sesuai. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan habitat sehingga tidak cocok/sesuai lagi dengan makhluk hidupnya. Perubahan lingkungan dapat terjadi secara alamiah. Misalnya gunung meletus, musim, pergantian siang dan malam, perubahan lingkungan, dan akibat perbuatan manusia, misalnya perburuan hewan, penebangan hutan, pembangunan jalan, dan bendungan. Karena perubahan lingkungan ini maka terjadi perubahan jumlah individu yang menempati suatu daerah tertentu.
Faktor lingkungan bagi hewan ada dua yaitu kondisi dan sumberdaya. Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu misalnya tanah, air suhu, iklim. Sumberdaya adalah faktor lingkungan yang dapat habis ketersediaannya bila sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal). Setiap hewan senantiasa berusaha untuk selalu dapat beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut. Dalam penyesuaian diri tersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat bertahan hidup, sementara yang tidak mampu beradaptasi akan mati atau bermigrasi bahkan akan punah. Adanya migrasi hewan akan meningkatkan jumlah populasi ditempat tertentu tetapi juga akan mengurangi jumlah populasi di tempat yang lain. Jika dalam proses relokasi ini tidak ditemukan tempat yang sesuai maka akan terjadi penurunan jumlah populasi. Penurunan dapat disebabkan kematian ataupun hewan-hewan tersebut tidak dapat berkembang biak. Jika ini terjadi secara terus menerus, maka akan terjadi kepunahan populasi.
        Tanah bagi hewan adalah substrat sebagai tempat berpijak dan tempat tinggal, kecuali hewan yang hidup di dalam tanah. Kondisi tanah yang berpengaruh terhadap hewan tersebut adalah kekerasannya. Faktor dalam tanah yang mempengaruhi kehidupan hewan tanah antara lain kandungan air (drainase), kandungan udara (aerase), suhu, kelembaban serta sisa-sisa tubuh tumbuhan yang telah lapuk. Jika tanah banyak mengandung air maka oksigen di dalam tanah akan berkurang dan karbondioksidanya akan meningkat. Air juga menyebabkan tanah menjadi cepat asam, karena air mempercepat pembusukan. Kurangnya oksigen menyebabkan gangguan pernapasan, dan zat-zat yang bersifat asam dapat meracuni hewan. Kandungan karbondioksida dalam tanah lebih banyak daripada di atmosfir. Jika tanah banyak mengandung rongga pertukaran udara maka karbondioksida dapat keluar sementara oksigen masuk ke dalam tanah.
        Air sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan. Perwujudan air dapat berpengaruh terhadap hewan. Misalnya jika air dalam tubuh hewan akan berubah menjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu lingkungan, menyebabkan sel dan jaringan tubuh akan rusak dan metabolisme tidak akan berjalan normal, sebaliknya penguapan air yang berlebihan dari dalam tubuh hewan menyebabkan tubuh kekurangan air. Penyebaran dan kepadatan hewan air di lingkungan air ditentukan oleh kemampuannya mempertahankan osmotik dalam tubuhnya dan berhubungan dengan kemampuannya untuk bertoleransi dengan salinitas air.
        Suhu berpengaruh terhadap hewan dalam proses metabolisme serta aktivitas hidup lainnya. Suhu optimum adalah batas suhu yang dapat ditolerir oleh hewan, lewat atau kurang dari suhu tersebut menyebabkan hewan terganggu bahkan menuju kematian karena tidak tahan terhadap suhu.
           
2.3   Pengaruh Pola Hidup dan Ukuran Tubuh Hewan dalam Mempertahankan         Kehidupan Mereka.
            Pola hidup dan ukuran tubuh  hewan di alam tujuannya adalah untuk dapat tetap bertahan hidup di lingkungannya. Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu binatang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain. Ada juga hewan yang menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan tidak bersahabat biasanya dilakukan pada musim panas dengan suhu udara yang panas dan kering, yaitu dengan cara estivasi. Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai, lemur kerdil, akan mengestivasi diri di tempat yang aman dan terlindung.
Hewan yang memiliki aktivitasnya tinggi cenderung memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan hewan yang aktivitasnya sedikit.

2.4  Distribusi Geografi Hewan
        Tidak seluruh wilayah di muka bumi dapat dihuni oleh makhluk hidup.
Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, jenis tanah dan topografi sangat mempengaruhi pola distribusi dari suatu makhluk hidup. Iklim merupakan faktor utama yang menentukan tipe tanah maupun species tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut. Sebaliknya, jenis tumbuhan yang ada menentukan jenis hewan dan mikroorganisme yang akan menghuni daerah tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran hewan adalah sawar / barrier / penghalang adalah keadaan ekologis atau fisis yang mencegah atau menghalangi terjadinya penyebaran dan perkawinan suatu organisme atau makhluk hidup di dunia. Sawar / barrier tersebut dapat berupa fisik maupun lingkungan.
a.       Sawar / penghalang fisik
Meliputi    :    Lautan, padang pasir, pegunungan, dan lembah.
Contoh      :    -    Lautan merupakan penghalang bagi hewan darat yang tidak dapat terbang.
                            -    Pegunungan  yang  tinggi  merupakan  penghalang  bagi  hewan                                 yang biasa hidup di lembah.
b.      Sawar / penghalang lingkungan
Meliputi    :    Iklim yang tidak sesuai atau keadaan ekologi yang tidak menguntungkan, misalnya keberadaan organisme lain yang menjadi pesaing dalam mencari makanan dan tempat tinggal.
Contoh      :    -    Penyusutan jumlah populasi harimau Jawa, Sumatra, dan Bali karena perluasan lahan untuk kepentingan kehidupan manusia, bencana alam, iklim yang tidak sesuai dan kurangnya makanan
Selain itu, penyebaran organisme dari satu daerah ke daerah lain sering juga terhalang oleh isolasi geografi. Isolasi geografi menyebabkan perbedaan susunan flora dan fauna di dua tempat. Sebagai contoh yaitu terjadinya 14 spesies burung Finch di Kepulauan Galapagos. Isolasi geografi dalam jangka waktu yang lama menyebabkan terjadinya isolasi reproduksi yaitu sawar yang menghambat terjadinya reproduksi pada populasi yang simpatrik. Organisme-organisme yang memiliki ciri-ciri morfologi, fisiologi, dan perilaku yang hampir sama dan berada dalam satu lingkungan yang sama tetapi tidak melakukan perkawinan disebut organisme simpatrik.
Ilmuwan kenamaan Inggris yang bernama Alfred Russel Wallace, pada tahun 1867 melakukan peyelidikan tentang persebaran hewan di muka bumi. Wallace mengemukakan bahwa permukaan bumi dapat dibagi menjadi enam kawasan persebaran hewan yang masing-masing ditandai dengan spesies-spesies yang unik. Enam kawasan tersebut adalah kawasan Australia, Oriental, Ethiopia, Neartik, Neotropik, dan Paleartik. Masing-masing daerah mempunyai ciri khas, yang disebabkan oleh faktor geografis, cuaca, iklim.
·      Australian
      Meliputi Australia, Selandia Baru, Irian dan pulau-pulau di sekitar daerah Samudera Pasifik. Wilayah Indonesia bagian timur seperti Irian dan Maluku, termasuk juga wilayah Australia. Sebagian besar wilayahnya beriklim tropis dan sebagian kecilnya beriklim sedang. Cntoh hewan di wilayah ini kanguru, trenggiling koala, cendrawasih, kiwi, kura-kura, buaya.
·      Oriental
            Meliputi benua Asia dengan pulau dan kepulauan yang dekat seperti Sumatra, Sulawesi, Ceylon, Kepulauan Formosa dan Filipina. Kondisi fisiknya bervariasi dengan pulau-pulau, sebagian beriklim tropis. Di wilayah ini banyak terdapat hutan hujan tropis yang kaya akan jenis tumbuhan dan aneka hewan sehingga merupakan gudang sumber alam hayati dan sumber plasma nutfah. Wilayah ini kaya akan jenis ikan tawar, sedang amphibi dan reptilia tidak mempunyai kekhususan. Salamandernya sedikti serta burung-burung dan mamalianya mempunyai hubungan spesies dengan fauna yang sama di wilayah Ethiopia. Hewan yang spesifik adalah harimau, gajah, gibon, orang utan, badak bercula satu atau dua, mejangan, antilop dan tapir.
·      Wilayah Ethiopia
            Wilayah ethiopia meliputi Afrika sebelah selatan, madagaskar dan Arabia bagian selatan. Keadaan lingkungan hidupnya seragam, bagian utara berupa gurun Sahara yang merupakan padang pasir terluas di dunia dan merupakan pembatas efektif wilayah Ethiopia dengan Paleartik. Hewan di wilayah Ethiopia bervariasi, kurang lebbih ada 161 vertebrata darat. Hewan yang khusus adalah jerapah, zebra, antilop dan badak afrika. Hewan-hewannya hampir sama dengan hewan-hewan oriental. Kompisinya sama, misalnya kucing dan anjing serta golongan  primata seperti lemur, babon,  gorila dan simpanse. Jenis ikannya ada yang termasuk primitif seperti ikan paru-paru.
·      Wilayah Neartik
            Wilayah Neartik meliputi seluruh wilayah Amerika Utara dan seluruh Greenland. Secara fisik keadaan lingkungan sangat menarik. Greenland hampir seluruhnya tertutup oleh salju, sedang bagian timur Amerika Utara merupakan hutan gugur dan bagian tengah merupakan padang rumput. Hewan penghuni wilayah Neartik antara lain kalkun, mocking bird, salamander, bison, caribou dan muscox.
·      Wilayah Neotropik
            Wilayah Neotropik meliputi Meksiko bagian selatan sampai Amerika bagian tengah dan Amerika Selatan. Keadaan lingkungannya umumnya beriklim tropis, tetapi sebagian arah selatan termasuk beriklim sedang. Di wilayah Neotropik banyak terdapat gunung dan pegunungan. Di wilayah ini tidak ditemukan orang utan dan siamang, kelelawar, trenggiling, babi, antilop, kuda, dan tapir.
·      Wilayah Paleartik
     Wilayah paleartik meliputi daerah Eurasia, Himalaya, Persia, Afganistan, Afrika, Inggris dan Jepang. Keadaan lingkungannya bervariasi, memiliki perbedaan suhu yang tinggi, memiliki perbedaan curah hujan dan dilihat dari permukann tanahnya mempunyai diversitas yang tinggi. Tikus air dari famili Desmaniaceae merupakan hewan khas wilayah Paleartik. Hewan lain wilayah Paleartik adalah bison dan  kucing kutub, landak, babi hutan, sapi, domba, rusa kecil, keledai,burung rabin, dan sejenis burung magpie.
            Untuk itu daerah persebaran hewan di Indonesia menurut garis Wallace dibagi menjadi 2 daerah, yaitu :
·      Daerah Bagian Timur
     Meliputi Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, termasuk Papua Nugini, dan Kepulauan Aru. Hewan khas : kasuari, burung nuri, cendrawasih, parkit, kanguru,   wallabi, komodo, anoa, babi rusa.
·      Daerah Bagian Barat
Meliputi Sumatra, Dataran Sunda, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Hewan khas : badak bercula satu, monyet, sapi, gajah, kera, macan tutul, burung pita bergaris.



Selain garis Wallace, di Kepulauan Indonesia terdapat garis pembagi lain yang membujur dari arah utara ke selatan yaitu garis Webber, yang meliputi Teluk Aru sampai Kepulauan Maluku. Menurut Webber, Sulawesi merupakan daerah peralihan yang dihuni oleh hewan-hewan yang memiliki sifat peralihan, misalnya babi rusa, anoa, maleo, dan tarsius spectrum.

2.5 Konservasi  Hewan Invertebrata  dan Vertebrata
      Konservasi adalah suatu usaha pelestarian dan penyelamatan lingkungan agar kelestarian dan keseimbangan alam tetap seimbang. Dalam usaha menjaga kelestarian sumber daya hayati agar tidak punah adalah dengan cara menjaga keutuhan lingkungan tempat hidup makhluk hidup. Jika sebagian besar masyarakat melakukan aktivitas eksploitasi sumber daya hayati secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan usaha pelestarian maka dalam waktu yang relatif singkat sumber daya hayati akan punah. Agar tidak terjadi kepunahan maka pemerintah beserta instansi terkait, sesuai dengan kesepakatan internasional untuk melindungi hewan dan tumbuhan dengan melakukan usaha untuk mencegah terjadinya kepunahan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Menetapkan suaka margasatwa sebagai tempat untuk melindungi hewan tertentu terutama yang sudah langka. Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan jenis satwa, dan untuk kelangsungan hidup satwa dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Di Indonesia suaka margasatwadarat antara lain : Suaka Margasatwa Rawa Singkil di NAD (Aceh), Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Sumatera Selatan, Suaka Margasatwa Muara Angke di DKI Jakarta, Suaka Margasatwa Tambora Selatan di Nusa Tenggara Barat, Suaka Margasatwa Lamandau di Kalimantan Tengah, dan Suaka Margasatwa Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan Suaka Margasatwa laut antara lain : Suaka Margasatwa Kepulauan Panjang di Papua, Suaka Margasatwa Pulau Kassa di Maluku, dan Suaka Margasatwa Foja di Papua.
2. Membuat cagar alam sebagai tempat perlindungan dan pelestarian hewan, tumbuhan, tanah dan air. Cagar alam adalah kawasan perlindungan alam yang memiliki tumbuhan, hewan, dan ekosistem yang khas sehingga perlu dilindungi.
Perkembangan dan pertumbuhan hewan dan tumbuhan, berlangsung secara alami. Sesuai dengan fungsinya cagar alam dapat dimanfaatkan untuk penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis cagar alam yaitu cagar alam darat dan cagar alam laut. Di Indonesia cagar alam darat antara lain : Cagar Alam Morowali di Sulawesi tengah, Cagar Alam Nusa Kambangandi Jawa Tengah, Cagar Alam Gunung Papandayan di Jawa Barat, Cagar Alam Dolok Sipirok di Sumatera Utara, Cagar Alam Hutan Pinus Janthoi di NAD (Aceh). Sedangkan cagar alam laut antara lain : Cagar Alam Kepulauan Aru Tenggara di Maluku, Cagar Alam Pulau Anak Krakatau di Lampung, dan Cagar Alam Kepulauan Karimata di Kalimantan Barat.
3. Taman Nasional
Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi. Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis taman nasional, yaitu taman nasional darat dan taman nasional laut. Taman nasional darat antara lain ; Taman Nasional Leuser di Sumatera Utara, Taman Nasional Ujung Kulon di Banten, Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur, dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Riau. Sedangkan taman nasional laut antara lain ; Taman Nasional Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, dan Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara.
4. Taman Hutan Raya (Tahura)
Taman hutan raya adalah kawasan konservasi alam yang terutama dimanfaatkan untuk koleksi tumbuhan dan hewan, alami atau non-alami, jenis asli atau pendatang, yang berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, dan rekreasi. Tahura ini dapat disebut sebagai taman propinsi. Misalnya Pulau Sempu di Jawa Timur.
5.  Taman Laut
Taman laut adalah wilayah lautan yang mempunyai ciri khas berupa keindahan alam atau keunikan alam yang ditunjuk sebagai kawasan konservasi alam, yang diperuntukkan guna meilindungi plasma nutfah lautan. Misalnya Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara.
6. Inseminasi Buatan adalah perkembangbiakan pada hewan dengan cara menyuntikkan sperma dari hewan jantan pada hewan betina. Inseminasi buatan ini biasa dilakukan pada hewan mamalia terutama yang hampir punah karena jumlahnya di alam bebas yang semakin sedikit. Tidak semua orang dapat melakukan inseminasi buatan, biasanya dilakukan oleh dokter hewan di suatu lembaga pelestarian, misalnya kebun binatang.
7. Berpartisipasi dalam pelestarian makhluk hidup Pelestarian makhluk hidup bukan tanggung jawab pemerintah saja namun kita sebagai manusia dan makhluk Tuhan harus ikut menjaga kelestarian makhluk hidup dan lingkungannya, dimulai dari lingkungan terkecil, misalnya rumah dan tempat tinggal kita dengan cara tidak membuang sampah sembarangan. Pemeliharaan hewan tertentu oleh pribadi misalnya memelihara orang utan, burung yang termasuk langka sebaiknya tidak dilakukan melainkan kita serahkan kepada lembaga yang bertugas menjaga kelestarian lingkungan misalnya kebun binatang. Memperbanyak jenis hewan tertentu yang biasa kita gunakan sebagai sumber makanan misalnya dengan berternak ayam, sapi. Kesadaran manusia akan pentingnya keseimbangan alam diharapkan sekali dalam usaha pelestarian makhluk hidup. Pemburuan liar yang dilakukan untuk menangkap hewan harus dihindari dan didukung dengan cara tidak membeli hewan langka dan bagian bagian hewan tersebut. Dengan demikian usaha penjualan hewan langka menjadi terhenti.  
      Usaha melindungi hewan dan tumbuhan dari kepunahan, berdasarkan pada tempat pemeliharaan untuk mengembangbiakan yang disebut penangkaran, dikenal istilah in situ yaitu pembiakan di dalam habitat aslinya. Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo, dan pembiakan secara ex situ yaitu pembiakan di luar habitat aslinya, namun suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).
      Perubahan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan jumlah individu yang menempati suatu daerah tertentu, sehingga dikenal adanya istilah hewan langka atau mendekati kepunahan, biasanya dilindungi oleh pemerintah dalam  suatu tempat perlindungan karena jumlahnya di alam bebas sedikit.
Hewan yang Mendekati Kepunahan
a. Badak Bercula
Badak merupakan hewan paling langka dan paling terancam punah. Badak termasuk hewan mamalia yang mengalami perkembangbiakan yang lama, dalam satu tahun hanya dapat melahirkan anak 1-2 individu. Perkembangbiakannya pun dapat berlangsung jika kondisi lingkungannya stabil. Badak bercula satu ditemukan di daerah Ujung Kulon, Bantensedangkan Badak bercula dua habitat aslinya di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Populasi Badak kian hari semakin menurun karena banyaknya pemburuan liar untuk mengambil culanya.

b. Cendrawasih
Burung Cendrawasih terkenal karena keindahan bulunya yang berwarna-warni. Burung ini hidup menyendiri di lembah-lembah pegunungan hutan tropis dan biasa bersarang di atas kanopi pohon yang tinggi besar. Cendrawasih betina biasanya bertelur dua butir, mengerami dan membesarkan anaknya sendiri. Bulu burung betina dan anak-anaknya berwarna pucat dan mereka berkumpul dalam suatu kawanan agar tidak diganggu musuh. Burung cendrawasih merupakan ciri khas dari Papua. Dengan maraknya penangkapan, penebangan hutan, perkebunan sawit, dan pencarian kayu gaharu hutan di pegunungan dan pedalaman Papua menyebabkan perubahan lingkungan tempat hidup cendrawasih sehingga jumlahnya kian menurun dari tahun ketahun, selain itu penurunan populasi Cendrawasih dikarenakan sifat reproduksi hewan tersebut sangat lamban.

c. Komodo
Komodo termasuk reptil yang bentuknya menyerupai biawak. Penyebaran hewan ini tidak luas hanya terdapat di Pulau Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah komodo di alam bebas semakin sedikit karena jumlah makanannya yang sedikit yaitu daging dan bangkai hewan ternak, oleh karena itu oleh Pemerintah menetapkan komodo sebagai hewan yang dilindungi.

d. Jalak Bali
Jalak bali termasuk burung yang memiliki bulu yang indah, karena keindahannya burung ini banyak ditangkap oleh pemburu liar untuk dijual atau dipelihara sendiri. Sehingga sekarang jumlah burung ini di alam bebas semakin berkurang. Penurunan jumlah jalak bali disebabkan karena habitat tempat burung ini berlindung dan berkembang biak mulai menyempit seiring dengan semakin meningkatnya penebangan hutan.

















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
      Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Hewan memiliki karakteristik yang berbeda dari tumbuhan.
2.      Lingkungan sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman hewan yang ada didalamnya, bila lingkungan tidak baik dapat mengancam kepunahan keanekaragaman makhluk hidup (termasuk hewan).
3.      Pola hidup dan ukuran tubuh hewan sangat berpengaruh dalam usaha hewan mempertahankan kehidupannya, hewan yang hidup di daerah yang bersuhu dingin melakukan hibernasi dan cenderung memiliki ukuran tubuh yang besar. Hewan yang hidup di iklim yang bersuhu panas melakukan estivasi. Hewan yang memiliki aktivitasnya tinggi cenderung memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan hewan yang aktivitasnya sedikit.
4.      Distribusi geografi hewan yaitu daerah penyebaran hewan yang meliputi daratan dan sistem perairan.
5.      Dalam usaha menjaga kelestarian sumber daya hayati khususnya hewan agar tidak punah adalah dengan melakukan konservasi terhadap hewan agar kelestariannya tetap terjaga.












DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri,Istamar,Dkk.2002. Biologi SMA 1B.Pt.Eralangga:Jakarta.


1 komentar:

psikologi perkembangan

ppt psikologi perkembangan ppt
View more ebooks on ebookbrowse.com
SEMOGA BERMANFAAT, BY: MEGA SIRNAWATI MPd

Daftar Blog Saya

  • Menghitung Beban Kerja Guru 24 Jam - Menghitung Beban Kerja Guru 24 Jam : *Menghitung Beban Kerja Guru 24 Jam* Uraian Tugas Guru 1. Merencanakan Pembelajaran Kegiatan penyusunan RPP ini dip...
    10 tahun yang lalu
  • PUISI - *PUISI* DI SUSUN OLEH : MEGA SIRNAWATI M.Pd Puisi terdiri dari dua jenis yaitu puisi lama dan puisi baru. MACAM-MACAM PUI...
    10 tahun yang lalu
  • Penulisan Sejarah - *Historic writingThe earliest form of writing* The earliest writing we know of dates back to around 3,000 BC and was probably invented ...
    10 tahun yang lalu
  • KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN - KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN: * KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN* *Di susun oleh : Mega Sirnawati MPd* *Pengertian dan syarat-syarat profesi* ...
    10 tahun yang lalu
  • Mengenal Tradisi Perang Berburu Kepala (Ngayau) - Mengenal Tradisi Perang Berburu Kepala (Ngayau): Ngayau merupakan tradisi Suku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan, baik Dayak yang tinggal di Kaliman...
    10 tahun yang lalu

warna pelangi