RESENSI NOVEL
“PERAHU KERTAS”
I.
Identitas Buku
Judul buku
: Perahu Kertas
Penulis
: Dewi Lestari “Dee”
ISBN
: 978-979-1227-78-0
Penerbit
: Bentang Pustaka dan Truedee Pustaka Sejati
Editor
: Hermawan Aksan
Cetakan
: I, Agustus 2009
Tebal
: XII + 444 halaman; 20 cm
Tahun
Terbit : 2010
Jumlah Halaman : 444
halaman
Harga
: Rp 69.000,-
Cover
:
II.
Sekilas Tentang Penulis
Dewi
Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil Dee (lahir di Bandung, Jawa Barat, 20
Januari 1976) adalah seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia. Dee pertama
kali dikenal masyarakat sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Ia merupakan
alumni SMA Negeri 2 Bandung dan lulusan Universitas Parahyangan, jurusan
Hubungan Internasional. Sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada
tahun 2001, ia kemudian dikenal luas sebagai novelis.
Salah
satu novel karya Dee yang sangat laris adalah Perahu Kertas. Perahu Kertas
merupakan novel keenam Dee. Setelah sukses memikat hati para pembaca dengan
buku tritologi Supernova-nya, Dee meluncurkan sebuah novel berjudul Perahu
Kertas, yang sempat mati suri selama sebelas tahun karena dilupakan. Namun,
akhirnya, novel ini berhasil diselesaikan dalam waktu 55 hari berkat kegigihan
dan kenekatan seorang Dee.
III.
Cerita Singkat
Dimulai dari kisah seorang remaja bernama Keenan, yang baru saja
lulus SMA, yang selama enam tahun tinggal bersama neneknya di Amsterdam. Namun
karena perjanjian dengan ayahnya, Keenan terpaksa pulang ke Indonesia dan
berkuliah di Bandung, di Fakultas Ekonomi. Sementara Keenan sendiri sangat
tidak menginginkannya dan lebih memilih untuk menjadi seorang pelukis
dibandingkan seorang businessman. Keenan memiliki bakat melukis yang kuat dari
ibunya dan dia tidak mempunyai cita-cita lain selain menjadi pelukis.
Sementara, di sisi lain, ada Kugy, seorang gadis unik yang
cenderung banyak kejutan di dalam kehidupannya. Kugy juga akan berkuliah di
universitas yang sama dengan Keenan.
Tak jauh berbeda dengan Keenan, Kugy pun mempunyai cita-citanya
sendiri, yaitu menjadi juru dongeng. Kugy sangat menggilai dongeng. Tak hanya
mengkoleksi buku-buku dongeng dan punya taman bacaan, Kugy juga sangat senang
menulis dongeng. Walaupun Kugy yakin menjadi seorang juru dongeng bukanlah
profesi yang meyakinkan yang akan diterima dengan mudah oleh khalayak umum.
Akan tetapi, Kugy tak ingin lepas begitu saja dari dunia tulis menulis, Kugy
lantas meneruskan pendidikannya di Fakultas Sastra. Kugy dan Keenan
dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko merupakan sepupu Keenan.
Sementara Noni merupakan teman Kugy sejak mereka berdua masih kecil. Mereka
berempat akhirnya bersahabat karib.
Lambat laun, Kugy dan Keenan saling mengagumi dan tanpa mereka
sadari mereka saling jatuh cinta, tanpa pernah ada kesempatan untuk saling
mengungkapkan, dikarenakan situasi yang tidak memungkinkan. Kugy sudah
mempunyai pacar bernama Ojos (panggilan yang semena-mena diciptakan oleh Kugy).
Sementara Keenan saat itu sedang dicomblangkan oleh Wanda, seorang kurator
muda, yang merupakan sepupu Noni. Persahabatan empat sekawan itu mulai
merenggang sejak adanya Wanda.
Kugy lantas menjalani kegiatannya yang baru dan sibuk dengan
kegiatan itu, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola
Alit. Di sanalah Kugy bertemu dengan Pilik, muridnya yang nakal namun kelihatan
cerdas. Pilik dan kawan-kawannya berhasil ditaklukan oleh Kugy dengan cara, ia
membuatkan mereka kisah petualangan dengan mereka sebagai tokohnya, yang diberi
judul: Jendral Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menuliskan kisah petualangan
murid-muridnya itu di sebuah buku tulis, yang kelak diberikan kepada Keenan.
Hubungan Keenan dan Wanda yang semula mulus, akhirnya hancur dalam
semalam. Begitu juga dengan impian Keenan yang selama ini ia bangun dan
perjuangkan, kandas dengan cara yang mengejutkan bersamaan dengan hancurnya
hubungan ia dengan Wanda. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya
di Bandung dan keluarganya di Jakarta, lalu pergi ke Ubud dan tinggal bersama
Pak Wayan yang merupakan sahabat ibunya.
Hari-hari bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan
seniman-seniman yang cukup disegani di Bali, sedikit demi sedikit mulai mengobati
hati Keenan. Sosok yang sangat berpengaruh dalam penyembuhannya yaitu Luhde
Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan pun akhirnya mulai bisa melukis lagi.
Berbekal kisah petualangan Jendral Pilik dan Pasukan Alit yang diberikan oleh
Kugy, Keenan membuat lukisan-lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu
para korektor.
Kugy, yang kesepian dan kehilangan sahabat-sahabatnya di Bandung,
menata ulang hidupnya. Ia cepat-cepat lulus kuliah dan langsung bekerja di
sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywritter. Di sana, ia bertemu dengan
Remigius Aditya, atasan yang sekaligus sahabat abangnya, Karel. Dengan cara
yang tak terduga karier Kugy naik daun dan menjadi orang yang diperhitungkan di
kantor itu karena pemikirannya yang ajaib dan serba spontan.
Namun sosok Remigius tidak melihat Kugy dari sisi itu. Remi
menyukai Kugy tidak hanya dari ide-idenya, tapi juga semangat dan sisi keunikan
Kugy. Dan akhirnya Remi pun harus mengakui bahwa ia jatuh hati kepada Kugy.
Sebaliknya, ketulusan Remi meluluhkan hati Kugy dan membuatnya memilih Remi.
Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali. Kondisi kesehatan
ayahnya yang memburuk, memaksanya untuk pulang ke Jakarta dan harus menjalankan
perusahaan ayahnya karena tidak mempunyai pilihan lain. Pertemuan antara Keenan
dan Kugy tidak bisa terelakkan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi dan
bercanda seperti masa-masa jayanya dulu. Semuanya dengan kondisi yang berbeda.
Dan kembali hati mereka diuji. Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun
ini pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa
memasrahkan dirinya kemana aliran cinta membawanya.
IV.
Unsur Intrinsik
- Tema Tema yang diangkat tentang persahabatan, cinta, dan kekeluargaan.
- Alur Jika dilihat dari jalan ceritanya, novel ini menggunakan alur cerita maju-mundur.
- Sudut Pandang Dalam Novel Perahu Kertas ini, sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga tunggal.
- Penokohan Penggambaran tokoh dalam novel ini begitu kreatif dan jelas. Terdapat tokoh yang memegang peran dominan dalam novel ini yaitu protagonis dan titragonis
- Gaya Bahasa Kata-kata yang ditulis ringan dan gaya bahasanya sangat menyesuaikan denganperkembangan masyarakat modern. Selain itu, bahasa yang digunakan juga memiliki makna dan berisi.
V.
Kelebihan dan Kekurangan Novel
- Kelebihan
Novel ke enam karya Dewi Lestari atau yang sering dikenal “dee”
ini menurut saya sangat menarik. Dimana novel ini mengulas tema persahabatan
yang serat akan konflik yang menghanyutkan untuk para pembacanya. Dikemas
dengan gaya bahasa yang lugas dan ringan serta sesuai dengan kondisi masyarakat
sekarang menjaikan novel ini dapat mudah dimengerti dan diniikmati oleh pembaca
pada berbagai lapisan usia.
Novel ini begitu edukatif dikarenakan kita bisa banyak belajar
dari novel ini. Mulai dari bagaimana kita harus tetap semangat dalam meraih
mimpi-mimpi kita. Selain itu, novel ini juga penuh akan nilai-nilai positif
serta makna kehidupan yang tidak hanya bercerita tentang remaja pada umumnya,
tetapi bercerita tentang dinamika kehidupan empat orang remaja serta
korelasinya dengan lingkungan internal. Dengan pelukisan latar waktu dan
tempat yang sangat mendetail tetapi tidak berlebihan, menambah daya tarik dari
novel in dan membuat seolah pembaca ikut terlibat di dalamnya.
Sekilas
novel Perahu Kertas tampak standar dan biasa-biasa saja karena bertemakan
tentang cinta. Tetapi tidak hanya bererita tentang cinta namun banyak
unsur lain yang mendukung dan kuat dalam novel ini yang membuat novel ini
begitu inspiratif dan edukatif, seperti tentang mimpi, persahabatan, dan
kekeluargaan.
Penggambaran
tokoh, latar, dan alur yang begitu kreatif dan jelas membuat para pembaca novel
Perahu Kertas tidak segan-segan untuk bermain dengan dunia imajinasinya dan
membayangkan secara nyata apa yang terjadi dalam ceritanya.
- Kekurangan
Dalam
novel ini, penggambaran cerita banyak menggunakan setting tempat sehingga
sangat dapat beresiko pembaca akan menjadi bingung dalam memahami latar tempat
cerita tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman dan konsentrasi tinggi
untuk para pembacanya.
Pada
beberapa bagian cerita, terdapat cerita yang monoton sehingga timbul kesan
kurang menarik dan timbul kebosanan pembaca dalam mendalami novel.